Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia itu tahu bagaimana system yang ada di birokrasi itu, ya betul yaitu system yang tidak jelas dan tidak transparan, setidaknya itulah yang telah tergambar dan terpatri dalam diri kita jika mendengar kata birokrasi.
Isi dari birokrasi itu sendiri terdiri hampir sebagian besar orang orang yang masih memiliki pertalian darah dan bergabungnya pun dengan cara kolusi dengan selimut test kompetensi tapi di balik itu ada udang di balik batu.
“awal yang baik adalah separuh dari jalan kebaikan” itu kata pepatah, tapi bagai mana kalau masuknya ke birokrasi saja sudah tidak baik alias dengan cara kolusi, suap dan sebagainya maka separuh jalan dari keburukan sudah mulai terbentuk. Setelah bergabung yang ada di pikiran mereka hanyalah “ uang, uang, jabatan, jabatan( walau gak kompeten), cari muka (meski mukanya udah dua ), unjuk gigi ( walaupun gak punya gigi )”. Dari dasar pikiran itu mereka mulai mencari-cari celah system yang memang sengaja di buat banyak celah agar bisa mendatangkan keuntungan untuk mereka sendiri walaupun itu merugikan dan mengadudombakan masyarakan dan pemerintahan.
Ada yang datang sebagai teman tapi di balik itu menikam, ada yang memang malas maunya uang doang , ada yang manipulasi bon ( tapi gak mikir yang dimanipulasi itu rupiahnya gak rasional), ada yang sok tampil pintar ( padahal bloon anak buahnya yang disuruh ngerjain ), ada yang pulang pergi seenaknya tinggal titip absent ( walaupun itu udah pake finger print ) , ada yang selalu cari kambing hitam ( buat nutupin muka kambingnya itu ), ada yang cuci tangan menyalahkan orang lain ( padahal dia yang tanda tangan ).
Bagaimana bisa memberikan pelayanan masyarakat dengan kualitas yang baik jika sudah seperti ini, masing masing orang tidak ada di pos nya, mereka ada di pos pos yang bisa menghasilkan uang untuk mereka.
Mau menjadi apa birokrasi kita jika orang orangnya saja sudah seperti ini, hanya ada segelintir orang dalam birokrasi yang benar benar bekerja untuk birokrasinya bukan uang , bukan jabatan tapi pengabdian, tapi apa mereka peduli ? jawabnya “Tidak”.
Kami hanya terkucilkan dianggap orang yang sok jujur, di musuhi ( karna tahu semua belang mereka ), terkubur bersama ide-ide kami untuk membuat birokrasi ini jadi lebih baik, tertancap bersama pendirian kami agar tak goyah tertiup angin kesesatan mereka. Terpasung oleh semua peraturan peraturan buatan si penjilat , penipu, dan simuka dua yang tidak ada dalam PP ,PerDa dan Undang Undang manapun.
Jika sudah seperti ini kita tidak bisa mengandalkan birokrasi untuk membantu memulihkan pemerintahan kita , bukan dengan mendirikan atau ikut organisasi masyarakat yang memecah integrasi kita, atau ikut membela orang munafik (ulama palsu ahli neraka ), tapi dengan persatuan , bersatu untuk membangun negeri ini dengan cara menata kembali generasi penerus kita untuk berani katakan tidak untuk korupsi, kolusi dan nepotisme .
silahkan isi komentar anda disini
EmoticonEmoticon
Note: Only a member of this blog may post a comment.